Pernah memperhatikan kondisi ruang publik di Jakarta? Satu ciri khas Jakarta dan sebagian besar kota-kota besar lainnya di Indonesia adalah ruang publiknya sangat KOTOR. Kita teriak-teriak minta pemerintah menyediakan ruang publik, kawasan hijau, tempat umum yang nyaman, hanya untuk dikotori lagi oleh kita sendiri Kita terlalu sombong untuk memegang atau menyimpan sampah bekas kita sendiri di dalam saku atau tas, sampai kita bisa menemukan tempat sampah dan membuangnya disitu. Harga diri kita terlalu tinggi kalau harus melangkah beberapa meter untuk membuang sampah ke tempatnya. Mobil kita terlalu bagus untuk diisi sebuah tempat sampah untuk bungkus makanan, tiket parkir bekas, tissue bekas, dll. Toh bisa dilempar keluar jendela.
*Ih, gila kali. Kita kan eksekutif gitu loh..kita cuma buang sampah pada tempatnya kalau lagi di Singapura aja…..*
Rasanya kok “gak level” untuk ikut menjaga kebersihan kota tempat tinggal kita sendiri…Buat kita, tugas menjaga kebersihan itu hanyalah tugas tukang sampah.. ‘Jagalah kebersihan’ hanya jadi jargon yang dipajang di tempat umum. Dan kemudian tulisan itu pun tertutupi oleh coretan-coretan.
Sampah jutaan manusia Jakarta di tempat umum yang tidak sempat terangkut oleh tukang sampah kemudian pergi bersama aliran air dan berkumpul di got (ajaran SD lah ini mah!). Terus menerus setiap hari hingga menumpuk dan memampatkan saluran drainase, dan saat musim hujan tiba…
Selamat! Kita telah berkontribusi secara langsung terhadap banjir! Step berikutnya, saat banjir tiba, kita tinggal mengeluh, ngomel-ngomel, dan seperti biasa…. jangan lupa salahkan pemerintah yang tidak becus menangani kota ini!